Manchester United

about me

My photo
bogor, jawa barat, Indonesia
anak pertama dari ayah dan ibu yang hebat. Kaka dari adik laki laki yang gagah.

Wednesday 31 December 2014

Teruntuk Adikku...


de...
rasanya baru kemarin kamu merengek memaksa ibu masuk dalam kelasmu.
rasanya baru kemarin kamu berlari sukacita dengan tubuh mungilmu.
ah waktu tak pernah pandai berdiskusi.

kini...
18 usiamu.
tetap berdiri untuk ibu!
tetap jadi riang untuk kerasnya aku, kakakmu.
dan tetap tersenyum untuk bapak ya telah pergi.

bapak pasti bangga padamu!
jaga selalu rindu rindumu...
dalam doa-doa untuknya sepanjang waktu.
si bungsu kesayangannya akan selalu jadi pengantar tawa terbaiknya.

bapak memang telah pergi.
jauh dari pandang matamu.
tapi akan selalu dekat di sini.
dalam cahaya hati keluarga ini.




de...
inginku tak banyak...
jadilah pria sehebat bapak...
jangan sia-siakan masa mudamu untuk hal yang tidak penting.
seperti aku, kakakmu.
terlalu banyak membuang waktu.

dalam usiamu kini...
semua akan terlihat indah...
untuk sementara...
melangkah lah dengan mata hati agar semua baik baik saja...

bapak menitipkanmu padaku...
tapi aku takkan bisa sehebat bapak mengajarimu...
setidaknya aku mencoba...
jika aku tak sanggup mengingatkanmu...
cukup ingatlah bapak...
sungguh takkan ada pembimbing sehebat bapak!

de...
sebawel apapun aku padamu.
sekeras apapun aku mengingatkanmu.
tak lebih karena aku menyayangimu!


30 Desember 2014
selamat ulang tahun!
Wednesday, December 31, 2014 | 6 comments | Read More

Saturday 18 October 2014

Pak...


entah selelah apa aku malam ini.
sunyi robohkan dinding ketangguhanku.
ramai tempatku bersembunyi dibalik rindu.
rindu terhebat seumur hidup.

mengingatmu.
hal paling menyakitkan untukku, pak.
karena merindumu, akan selamanya menjadi rindu.
tanpa jeda untuk melepasnya.

pak...
anak lelaki pertamamu tak pandai mengingat nasihatmu dulu.
tapi jangan tanya soal rindu.
aku orang pertama yang akan berdiri soal itu.

pak...
anak lelaki pertamamu ini selalu bangga padamu.
andai saja bapak tahu itu.
sayangnya aku yang tak tahu cara bicara banyak padamu, seperti si bungsu.

pak...
anak lelaki pertamamu ingin bercerita banyak padamu.
sampai bertemu.
di Istana terakhirmu, jum'at nanti seperti biasa kita berbagi rindu bersama si bungsu.

pak...
maaf jika malam ini aku terlalu banyak bicara.
mungkin aku sedang mengigau.
atau mungkin aku hanya merindumu terlalu dalam pak...

ah... pak, aa rindu..
Saturday, October 18, 2014 | 0 comments | Read More

Sunday 1 June 2014

Serumit Itu.

Berawal dari mentionan ga jelas sama si ando. Jadilah ini.



Rasanya malam ini sunyi.
Tak seperti biasanya.
Bintang sedang pilu, sepertinya.
Tak lagi seterang kemarin.

Ah mungkin aku sedang tak di sini.
Aku jatuh terlalu jauh ke dalam lamunanku.
Hingga aku terlupa.
Aku hanya sedang merindu.

Merindu kamu yang sedang aku perjuangkan.
Berjuang memang serumit itu.
Andai saja berjuang sesederhana rindu.
Hanya butuh aku tanpa kamu.

Soal perasaan siapa yang tahu.
Selalu aja serumit itu.
Andai saja bukan kamu.
Mungkin aku pergi sedari dulu.

Aku masih di sini.
Untuk perjuangan berujung kamu.
Aku masih di sini.
Untuk semua rindu yang semuanya tentang kamu.

Cinta memang bukan soal cepat atau lambat.
Tapi soal memperjuangkan.
Terlihat sederhana memang.
Tapi berjuang selalu saja serumit itu.

Kini aku tahu.
berjuang untukmu butuh waktu.
Ajari aku menunggu.
Biar waktuku hanya untukmu.


Sunday, June 01, 2014 | 0 comments | Read More

Saturday 17 May 2014

40 Hari Ayah Pergi

40 hari Ayah pergi...
Aku masih saja di sini,
Seakan semua masih saja sama.
Aku belum terbiasa...

Aku masih saja ingat,
Suatu pagi sebelum Ayah pergi ke pangkuan yang kuasa.
Kami berbincang panjang lebar tak seperti biasanya.
Mungkin pesan perpisahan untukku.

Kami berbincang tentang cinta.
Untuk ibu dan adikku.
Untuk hidup dan keluargaku.
Untuk waktu yang enggan menunggu.

Aku masih terbiasa dengan panggilan subuhnya.
Suara lantang iringi lembut langkah kakinya.
Aku masih terbiasa dengan bunyi klakson mobilnya di sore hari.
Tanda aku harus berlari untuk membuka pagar rumah.

Aku masih terbiasa dengan hal yg Ayah lakukan.
Aku masih terbiasa dengan semua kesederhanaanya.
Aku belum terbiasa...
Dengan semua hal tanpamu, Ayah.

Ayah masih di sini.
Dalam hati terdalam.
Dan akan selalu di sini.
Takkan terganti.

Ayah tak pernah pergi.
Ayah tak pernah berlari.
Untuk rindu yang tak bermuara.
Aku masih di sini.. untuk semua mimpi mimpimu, Ayah.

Iringan doa doaku sepanjang hari.
Takkan terhenti.
Karena rinduku padamu, takkan mati.

Ragamu memang tak lagi di sini.
Tapi semangatmu, selalu di sini.
Dalam bisunya lamunanku.
Dalam langkah kecil kakiku.

Yang tersisa hanya waktu.
Waktu yang membagi dalam pilu.
Waktu yang perlahan sirna ditelan rindu.
Waktu yang selalu saja diam tak hiraukan tanyaku.

Aku berulang kali Jatuh.
Dan ini waktunya aku berdiri.
Untuk Ayah...
Dan semua mimpi mimpinya...

Tuhan...
Sampaikan hormatku pada Ayah.
Sampaikan rinduku pada Ayah.
Sampaikan semua doa ku pada Ayah.

Selamat jalan Ayah.
Tetap di sini...
Dalam rindu semu yang enggan menanti...

Aku sayang padamu, Ayah.

17 Mei 2014...

Saturday, May 17, 2014 | 1 comments | Read More

Thursday 3 April 2014

Doa Untuk Ayah...

Malam itu,
malam paling tak berirama dalam langkahku...
Aku akan selalu bediri....
dalam doa, Untuk ayah...

Ayah...
Izinkan aku menunduk lemah,
Biar ku rasa kesakitanmu...
Biar aku sendu dalam pilumu...
Untuk air mata yang selalu rela jatuh dalam harapku, untukmu...

Lekas tersenyum ayah...
Lekas berdiri ayah...
Untuk kuatnya doaku...
Untuk dalamnya harapku...

Tuhan...
Terimakasih atas hebatnya Ujian-Mu...
Kau tunjukkan kokohnya Ayah...
Kau tunjukkan hebatnya doa...

Tuhan...
Sungguh Maha Besar kekuasan-Mu..
Biar tetesan pilu dalam harapku menjadi saksi keagungan-Mu, Tuhan...
Sembuhkan ayah, Tuhan...

Ini bukan lagi tentang cinta seorang anak.
Ini bukan lagi harap seorang anak.
Lebih dari itu, dalam syair keagungamu sepanjang malam.
Untuk seorang pria terhebat dalam hidupku, Ayah...

Al-Fatihah....

Amin...

Thursday, April 03, 2014 | 0 comments | Read More

Friday 14 March 2014

Untuk Ayah...

Untuk ayah.
Yang sedang berjuang melawan sakit.
Untuk ayah.
Yang selalu gagah menahan perih.

Bersama ribuan harap dalam doa-doaku.
Aku selipkan baktiku padamu.
Tetap berdiri ayah.
Untuk riang jiwamu dalam benak kami, anak anakmu.


Biarkan malam menjadi jeda.
Untuk air mata harapku.
Tuhan...
Sungguh ujianmu menguatkanku.

Biar hujan beriring doa doaku.
Sehatkan ayah, Tuhan.
Sungguh mudah bagi-Mu Sang Maha Agung.

Biar ayah kembali menjadi irama.
Dalam gontainya langkah kakiku.
Biar ayah tetap berdiri.
Dalam lelahnya aku berlari.

Lekas sembuh, ayah.


Friday, March 14, 2014 | 0 comments | Read More